Jumat, 25 Juli 2008

Ancaman Bahaya Dalam Botol Minum Bayi




Kekhawatiran para orang tua bisa jadi akan bertambah. Kekhawatiran ini muncul dari suatu zat kimia yang disebut bisphenol A (BPA). BPA adalah suatu senyawa kimia sintetis untuk membuat plastik polikarbonat yang digunakan dalam beragam produk konsumer seperti botol minum bayi, botol air, piring, mug, dan gelas. Bahan ini juga digunakan dalam produksi resin epoksifenolat untuk pelapis bagian dalam kaleng logam {termasuk kaleng susu formula bayi dan makanan kaleng lainnya), tangki penyimpan air dan tong anggur. Bahan ini telah digunakan dalam kemasan makanan selama lebih dari 50 tahun.
Penelitian-penelitian menunjukkan ikatan BPA yang tidak stabil akan menyebabkan sejumlah kecil zat kimia ini terlepas ke dalam makanan atau susu formula yang menjadi isi suatu kemasan yang mengandung BPA. Lepasan BPA ini kemudian bisa tertelan. Pelepasan zat kimia ini akan semakin meningkat ketika, misalnya, botol bayi atau botol air terkena panas seperti saat direbus atau disterilisasi.
Para ilmuwan lingkungan menyebut BPA sebagai "pengganggu hormon". Zat ini dapat mengganggu fungsi normal sistem hormon baik pada manusia maupun binatang yang menimbulkan efek merugikan pada reproduksi, perkembangan, dan masalah tingkah laku (behavioural}.
BPA dapat menimbulkan sejumlah kerugian pada kesehatan. Tahun 1993 ditemu- kan, BPA bersifat oestrogenik dalam sel kanker payudara. Tahun 1997, peneliti Fred Vom Saal dan rekan-rekannya di Universitas of Missouri, Columbia menyata- kan, BPA berbahaya bagi manusia dan penggunannya harus dilarang. Pada Januari 2002, tim peneliti Universitas of Cincinnati melaporkan, BPA meningkatkan petumbuhan sel kanker prostat.
Penelitian yang dirilis tahun 2007 oleh para peneliti dari universitas yang sama juga mengindikasikan bahwa dosis rendah BPA dapat merusak perkembangan otak. BPA juga dianggap dapat menyebabkan pematangan seksual dini pada wanita, peningkatan masalah neuorobehavioral seperti attention deficit hyperacivity disorder (ADHD), autisme, dan meningkatkan keagresifan.
Selain itu, BPA dapat berpengaruh juga terhadap peningkatan obesitas dan diabetes tipe 2, mengganggu perkembangan normal janin, menstimulasi perkembangan kelenjar susu yang merupakan faktor resiko kanker payudara, penurunan hormon, termasuk penurunan testoteron, menurunkan produksi sperma, dan mengubah fungsi kekebalan. Janin, bayi, dan anak-anak yang sedang mendekati masa pubertas adalah kelompok paling rentan terkena efek negatif BPA.
Suatu panel para ahli yang diselenggarakan oleh National Institutes of Health pada Agustus 2007 menyatakan, pengaruh BPA pada manusia memprihatinkan dan penelitian lanjutan jelas diperlukan.

Kontroversi BPA

Meskipun efek BPA terhadap kesehatan tampak mengerikan, beberapa kalangan berpendapat, para orang tua tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Gilbert Ross, M.D., Direktur Eksekutif dan Medis American Council on Science and Health, misalnya, menganggap laporan-laporan mengerikan yang tanpa bukti ilmiah dan medis tentang BPA hanyalah memanipulasi kekhawatiran para orang tua.
Melalui analisis kimia yang mampu mengukur zat-zat dalam tubuh dan jaringan sampai jumlah yang sangat kecil, BPA bisa ditemukan terdapat di semua orang, tetapi ini bukan berarti membahayakan. BPA tidak pernah menunjukkan memberi- kan pengaruh pada kesehatan manusia pada dosis yang sangat rendah yang merupakan paparan dari botol plastik atau pelapis kaleng. Ini berlaku bagi semua kelompok umur, termasuk bayi. Pada tikus yang dijadikan percobaan, efek negatif BPA bisa saja terjadi karena dosis yang diberikan tinggi. Gilbert Ross juga menyebutkan istilah BPA sebagai "pengganggu hormon" sebagai suatu istilah yang menakutkan namun tak berarti.
Can Manufacturers Institute yang beranggotakan 80% produsen kaleng di Ame- rika Serikat menyatakan tidak ada alasan ilmiah untuk merasa khawatir bahwa paparan BPA dalam kadar yang sangat rendah dapat membahayakan manusia, termasuk pada anak-anak. Sejumlah perusahaan makanan juga tetap menolak menghilangkan BPA dalam kemasan produk mereka. Para pembuat aturan di Eropa dan Amerika Serikat percaya bahwa jumlah BPA yang terdapat pada makanan tidak membahayakan. Sejumlah negara juga masih ragu-ragu untuk membuat aturan yang keras sampai masalah BPA ini benar-benar terbukti dengan jelas.
"Orang tua yang menggunakan susu formula bayi tidak usah takut karena BPA yang digunakan pada kemasan formula bayi dan makanan lainnya jumlahnya sangat kecil," kata Marisa Salcines, juru bicara International Formula Council. "Saat ini tidak diperlukan perubahan pada cara pemberian makanan pada bayi."Food and Drug Administration (PDA) di Amerika Serikat telah meninjau BPA dan menyatakan bahwa saat ini tidak ada alasan untuk melarang atau membatasi penggunaan BPA.

Pencegahan

Beberapa langkah bisa diambil para orang tua untuk menghindari BPA. Hindari produk bayi yang menggunakan plastik polikarbonat. Caranya dengan melihat nomor yang terdapat pada segitiga tanda panah melingkar di bawah botol. Plastik polikarbonat diberi nomor 7 (namun, tidak semua wadah bernomor daur ulang 7 dibuat dengan BPA). Pilih peralatan bayi yang terbuat dari polietielen, polipropilen (nomor daur uang 1,2, dan 5), poliamida (PA), polietersulfon (PES), bambu, gelas, atau stainless steel, Hindari nomor 3 (polivinil-klorida, PVC), dan nomor 6 (polistiren, PS).
Jika tidak terdapat tanda nomor, coba hubungi produsennya untuk menanyakan jenis plastik apa yang digunakan. Jika bisa, hindari mengkonsumsi makanan kaleng. Lebih baik pilih makanan segar. Dan, daripada membeli minuman ringan kalengan, lebih baik pilih yang dalam botol gelas. ***

(Akhmad Tayfik, Alumnus Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran)

1 komentar:

jemiro mengatakan...

haha, lagi iseng nyari artikel kimia, malah tidak kepikiran sampai sini, saya baru teringat masalah botol susu yang mengandung melamin ini :( sungguh disayangkan sikap kecerobohan ini, terima kasih atas infonya :)