Minggu, 12 Oktober 2008

Gambar ilusi pengecoh mata







SETIAP orang, sadar atau tidak, pasti sangat menyukai sulap. Seni yang mengandalkan trik-trik yang mampu memanipulasi pandangan itu sejak lama menjadi salah satu atraksi yang tidak saja memikat dan menghibur, tetapi juga memancing rasa penasaran nalar. Apakah trik-trik itu sebatas kecekatan tangan si pesulap sebagai hasil dari proses latihan yang ketat dan lama ataukah memang si pesulap memiliki kemampuan lain di luar nalar, seperti magic atau ilmu hitam?
Dalam batas-batas tertentu, ilmu pengetahuan sudah mampu menguak trik-trik manipulatif dalam dunia sulap. Rahasia sulap secara ilmiah sudah dibeberkan panjang lebar, baik melalui buku maupun program acara televisi yang sengaja membahas rahasia sulap. Salah satu kunci trik sulap sehingga penonton masuk dalam dunia ilusi adalah kemampuan si pesulap memanfaatkan fenomena ilusi optis.
Seperti halnya dalam sulap, mata kita sering tertipu hanya karena fenomena ilusi optis. Coba perhatikan ketika kita berkendaraan, objek-objek yang dilewati kendaraan kita seolah bergerak cepat ke arah belakang kita. Padahal, yang bergerak hanya kita bersama kendaraan, sedangkan objek-objek tersebut diam. Perhatikan pula ilusi terbesar dalam kehidupan umat manusia di planet bumi, setiap hari kita menyaksikan matahari terbit dari timur, lalu bergerak, dan tenggelam di barat.
Dalam sistem tata surya, matahari adalah pusat dari pergerakan planet-planet yang mengitarinya, termasuk bumi. Kita yang tinggal di planet Bumi merasa seolah matahari yang bergerak mengitari Bumi, padahal bumilah yang mengitari matahari. Mengapa kita tidak merasakannya?
Ketika melihat sebuah objek lukisan, kita sering terjebak pada satu pencitraan yang dengan cepat dikirim oleh indera penglihatan (mata) kita. Pencitraan itu kemudian direspons oleh otak dan melahirkan sebuah persepsi atau asumsi yang kita anggap sebagai sebuah "kebenaran" terhadap apa yang kita lihat tadi. Padahal, persepsi yang kita bangun adalah "kebenaran palsu". Dengan kata lain, kita sudah tertipu oleh mata kita sendiri.
Atau jika pun persepsi yang kita bangun di otak kita sama dengan objek yang dilihat, kita hanya mendapatkan persepsi tunggal atau sebagian kebenaran dari objek tersebut. Ketika kita diberi kesempatan mengamati objek yang sama dalam waktu yang lebih lama, barulah otak kita bisa memberi (atau menemukan) persepsi lain sehingga muncul "kebenaran" baru. Tidak percaya? Coba perhatikan gambar (1). Bagi para ahli psikologi, ilusi optis bisa dijadikan model dalam menjelaskan fenomena psikologis manusia. Bagi seniman, ilusi optis adalah oasis bagi lahirnya ide-ide kreatif yang bisa memperkaya khazanah seni yang bukan saja unik dan menarik, tetapi juga impossible. Sedangkan bagi masyarakat awam, contoh-contoh ilusi optis bisa dijadikan bahan hiburan, sekaligus wahana belajar mengenal "kesalahan-kesalahan" yang pernah kita buat berkaitan dengan cara kita memandang.
Ilusi optis juga mengajarkan hakikat hidup, betapa masih banyak kekurangannya kita sebagai umat manusia. Memang ada banyak contoh ilusi optis. Namun, dalam tulisan ini hanya disajikan beberapa di antaranya, terutama yang memang sudah sangat dikenal.

Ilusi dinding kafe

Ilusi dinding kafe dibangun dengan memasang "ubin" gelap dan terang secara berselang-seling. Kemudian, tiap-tiap "ubin" diberi sekat tipis yang merupakan hal penting dalam penciptaan ilusi ini (dalam gambar berwarna abu-abu) yang idealnya merupakan warna antara warna gelap dan terang dari "ubin" (gambar 2).
Pemasangan ubin demikian menciptakan ilusi optis, garis- garis horizontal terlihat berbelok-belok, padahal sebenarnya lurus dan sejajar. Ilusi ini pertama kali dideskripsikan oleh Richard Gregory. Ia mengamati efek yang membuat penasaran ini pada dinding porselen kafe di St. Michael's Hill, Bristol, Inggris.

Lingkaran berputar

Lingkaran seakan-akan berputar apabila Anda menggerakkan kepala mendekati atau menjauhi screen, sambil memerhatikan titik di tengah-tengah. Alat penglihatan kita menerjemahkan penambahan atau pengurangan ukuran gambar pada retina kita sebagai pergerakan rotasi dari garis-garis miring (lihat gambar 3).

Lantai tiga dimenasi

Gambar lantai Santo Basilica di Kota Roma Italia, sebenarnya bersifat dua dimenasi. Akan tetapi, pemilihan motif dan kombinasi dari tiga motif dalam suatu susunan tertentu melahirkan suatu pencitraan lantai itu seperti bentuk tiga dimensi, balok-balok yang berundak Lihat gambar (4).

Papan catur

Mencari ilusi optis yang lebih gila, ini adalah ilusi optikal paling gila yang pernah ada. Pada gambar papan catur sebenarnya semua garisnya lurus, tetapi terlihat pada bagian tengah seperti membengkok dan menyembul ke atas. Akibatnya, garis juga membengkok pada bagian tengah papan. Bagian tengah papan catur juga terlihat seperti bidang yang menyembul dan menggunduk. (lihat gambar 5).

Ambigram

Ilusi optis juga ditemukan pada seni ambigram, berupa kata yang jika dijungkirkan atau diputar 180 derajat tetap terlihat sama seperti posisi awal. Atau bisa juga berupa dua kata atau frase yang berbeda, yang bisa jadi bergantung pada bagaimana kita membacanya. Termasuk di dalamnya adalah ambigram iluminati (perhatikan gambar 6).

Ambigram iluminati

Bagi pembaca novel Dan Brown berjudul Angels and Demons pasti sudah tahu apa yang dimaksud dengan ambigram iluminati, yakni suatu bentuk kata atau kalimat yang meski diputar 180 derajat tetap akan punya bentuk dan makna yang sama dengan sebelum diputar. Biasanya, ambigram iluminati digunakan oleh anggota perkumpulan rahasia untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu yang bersifat rahasia.. (Nur G.D., alumni Teknik Elektro UGM)***

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Gambar-gambar ilusi di atas sangat menarik. Tambah lagi dong gambar-gambarnya.

Makasih.

kamusarea mengatakan...

oke deh aku posting in lagi nanti kayaknya masih ada deh
thanks kunjungannya ya
hehe..